Mengenai Saya

Artikel-Artikel yang saya posting ini adalah Pertanyaan -pertanyaan yang sering diajukan (FAQ=Frequently Asked Question) kepada Umat Islam baik oleh Muslim dan Non Muslim. ini adalah sebagian besar adalah sumber nya dari WWW.IRF.net pada bagian FAQ yang sudah saya terjemahkan. tujuan dari artikel ini sendiri tidak bermaksud menjelek-jelekkan agama lain tapi sebatas pada pembelaan dengan memberikan jawaban terhadap pertanyaan seputar Islam dan Mencari Kebenaran. Terima Kasih jika Anda bersedia memberikan komentar dengan kata kata yang baik.

Selasa, Desember 07, 2010

Proses Kodifikasi dan Masalah Otentisitas Al-Quran

Sejarah mencatat adanya para penulis dari kalangan yang diangkat oleh Nabi sebagai pencatat ayat-ayat al-Quran. Catatan yang mereka tulis berdasarkan bacaan rasullulah saw, yang didiktekan langsung setiap kali wahyu turun. Catatan ini didokumentasikan pada alat-alat tulis yang tersedia pada saat itu, seperti kertas, kayu, potongan kulit, lempengan batu atau tulang. Para penulis wahyu ini sebagaimana yang diinformasikan oleh literatur-literatur keislaman berjumlah 29 orang. Diantara mereka adalah empat khalifah sesudah rasullulah saw. Beberapa penulis tersebut yaitu, Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, Alin bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Said bin Al-Ash, Amru bin AL-Ash, Ubai bin Ka'b, dan Zaid bin Tsabit.

Selain pencatatan adalah ukurasi hafalan kaum Muslimin yang terus mentradisi sampai saat ini. Pada Masa Rasullulah saw, para penghafal al-Quran mencapai ratusan sahabat yang memang sangat concern pada bacaan al-Quran dan akurasi hafalannya.

Rasullulah saw melakukan pembacaan ulang al-Quran satu kali setiap tahun di bulan Ramadhan yang langsung disimak oleh pembawa wahyu Jibril as. Bahkan khusus pada tahun terakhir sebelum wafat, Jibril as melakukan pengecekan bacaan al-Quran Nabi sebanyak dua kali. Dengan demikian, para penghafal al-Quran itu telah mengahafalnya dengan sempurna sebelum Rasullulah saw wafat. Demikian para penulis al-Quran mencatat seluruh kandungan al-Quran dan meletakkan ayat demi ayat sesuai dengan arahan dan intruksi langsung Rasullulah saw.

Peristiwa Yamamah, Musailamah al-Kadzdzab

Setahun setelah wafatnya Rasullulah saw, sebanyak 70 orang penghafal al-Quran terbunuh dalam peristiwa Yamamah. Mempertimbangkan hal ini, Khalifah Abu Bakar ra, atas saran dari Umar bin Khatab menugaskan salah satu penulis al-Quran, Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan catatan-catatan al-Quran yang berserakan kedalam satu kodifikasi yang akan dijadikan rujukan. Proses Kodifikasi ini dilakukan berdasarkan satu prinsip, yaitu bahwa setiap catatan wahyu yang akan dimasukkan ke dalam kodifikasi harus mendapatkan dua orang saksi yang mengatakan, bahwa catatan tersebut benar-benar telah didiktekan langsung oleh Rasullulah saw. Tentu saja para penghafal al-Quran dari kalangan sahabat dilibatkan dalam melakukan tugas kodifikasi ini.

Zaid bin Tsabit menyerahkan hasil kodifikasi lengkap al-Quran kepada Abu Bakar, sebelum wafat kodifikasi tersebut diserahkan kepada Umar bin Khatab yang kemudian sebelum beliau wafat menyerahkannya kepada putrinya yang juga istri Rasullulah saw, Hafshah binti Umar ra.

Ustman bin Affan

Pada Masa Ustman bin Affan, dibentuklah komite kodifikasi al-Quran yang terdiri dari empat orang, salah satunya adalah Zaid bin Tsabit. Mereka bertugas untuk menyalin sebanyak lima mushhaf al-Quran dan kemudian dikirim ke Mekkah, Madinah, Basrah, Kufah fan Damaskus. Komite ini melakukan tugas penyalinan berdasarkan kodifikasi yang berada di tangan Hafshah binti Umar ra. Proses penyalinan tersebut tentu saja diawasi oleh para penghafal al-Quran saat itu. Salinan al-Quran hasil penulisan komite inilah yang beredar dan dipergunakan oleh umat Islam di seluruh dunia sejak dulu hingga saat ini. Oleh sebab itu tidak ada perbedaan dikalangan umat Islam menyangkut otentisitas al-Quran sejak 14 abad silam hingga sekarang.

Hal ini juga diperkuat oleh para orientalis Leblois, Muir dan Orientalis Jerman Rudi Paret dalam kata pengantar untuk terjemahan al-Quran. Ahli Ketimuran Rudi Paret mengatakan, "Kita tidak memiliki alasan yang dapat membuat kita yakin bahwa di sana ada ayat-ayat dalam al-Quran yang tidak datang dari Muhammad." (M.Abdullah Diraz, Rudi PAret, Der Koran, Stuttgart; Ubersetzubg, 1980, hal 5)

Demikianlah, tak ada yang menyebutkan bahwa ada salinan al-Quran yang berbeda dengan hasil salinan komite di masa Ustman bin Affan. Seandainya ada diantara para sahabat yang memiliki salinan yang berbeda, pastilah mereka akanmenunjukkan dan menentang hasil penyalinan yang dilakukan komite kodifikasi pada masa Ustman. Tetapi kita tidak pernah mendengar terjadinya hal itu sepanjang sejarah umat Islam.

Abdullah bin Mas'ud ra

Adapun tuduhan yang sengaja disebarkan menyangkut seorang sahabat Rasullulah saw, Abdullah bin Mas'ud ra yang disebut-sebut pernah menyatakan keraguannya atas surah al-Fatihah, al-Falaq, dan An-Nas sebagai bagian al-Quran, sama sekali merupakan tuduhan yang tidak memiliki dasar sama sekali.

Para Ulama Islam yang memiliki keilmuan yang teruji, seluruhnya membantah tuduhan tanpa bukti yang disematkan kepada Abdullah bin Mas'us ini. Fakhrudin ar-Razi, Abu Bakar Ibnul Arabi, an-Nawawi, Ibnu Hazm al-Andalusi, al-Baqillani dan ulama lain membantah tuduhan tersebut, dan tidak ada seorang pun yang dari umat Islam yang mempercayai pendapat tanpa dasar yang diberikan secara tidak benar terhadap sahabatnya Abdullah bin Mas'us ra itu. (Cairo : Dar al-Ma'arif, 1997, hal 97 dst)


"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." [2:111]



(sumber : Prof.Dr.Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Guru Besar Universitas al-Azhar Mesir, Meraih gelar Ph.D dari Universitas Munchen Jerman, pada 1968, Wakil Rektor Universitas Al-Azhar pada tahun 1995, dan dari tahun 1996 menduduki jabatan Menteri Wakaf Republik Arab Mesir)
http://www.kaskus.us/showpost.php?p=248632659&postcount=8457

Tidak ada komentar:

Posting Komentar